Minggu, 15 April 2012

PERTANYAAN KEHIDUPAN

PERTANYAAN KEHIDUPAN

 




Assalaamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Subhana Wa Ta'ala Tuhan Semesta Alam dan shalawat kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam

terima kasih kepada Allah yang telah masih memberi hidup hingga pada kesempatan kali saya akan membuat sebuah catatan yang mungkin semua orang sudah pada tahu tapi kenyataan pada tidak tahu dan tidak sadar

baik saya akan memulai bahasan,tapi sebelum memulai saya mau bertanya terlebih dahulu :
1. Sudah benarkah kita hidup?
2. Sesuai syariat kah kita hidup?
3. Apakah benar yang kita hadapi adalah hal yang terberat?
4. Banyakkan mana waktu untuk Allah atau waktu untuk dunia?
5. Banyakkan mana perbuatan dosa atau pahala?
6. Lebih sering ingat Allah apa hal duniawi?

Silahkan di jawab di komentar ^_^

saya akan mengurai sedikit dari pertanyaan di atas

1. Sudah benarkah kita hidup?
Kalau jawaban bercandaan mah pasti gini,"sudah lah,kan sudah jalan,makan,nafas,dll."
wah....sungguh benar jawaban itu,memang sangat sungguh benar tapi sayangnya bukan itu yang ku maksud itu hidup benar di hadapan Allah bukan di hadapan manusia (wah...wah...kayanya pertanyaan nomor 2 akan terbahas disini nih,hehehe.Maaf ya pembaca kalau nanti langsung ke pertanyaan ke 3)

Benar di hadapan Allah sungguh beda dengan benar di hadapan manusia. Benar di hadapan Allah sudah pasti benar dan yang terbaik dalam menjalani hidup sedangkan benar di hadapan manusia itu tidak pasti kebenarannya,bisa salah bisa juga benar tapi menurut saya kebanyakan salahnya(Ingat !!! ini hanya pendapat saya,gak tahu dengan pendapat pembaca).Kenapa saya berpendapat demikian?(pasti bertanya-tanya kan?hehehe),saya berpendapat demikian karena saya telah banyak mengetahui pola pikir manusia termasuk pola pikir yang ada di dalam diri saya sendiri. Manusia di ciptakan dengan memiliki iman,akal pikiran dan nafsu (hayoo...sudah bisa tebak belum apa yang akan saya bahas?hehehe), karena hal itu pandangan manusia dalam hidup harus di pertimbangkan. Jika manusia memakai akal pikirannya dengan iman sudahlah pasti pandangan tentang hidup itu benar karena iman adalah yang membawa kita dekat kepada Allah,Tuhan yang menciptakan segalanya sedangkan manusia yang memakai akal pikirannya memakai nafsu sudah pasti pandangan tentang hidup itu salah karena nafsu(nafsu ada yang baik dan buruk) yang manusia miliki lebih banyak di kuasai syaithan dan syaithan itu bertugas untuk menghancurkan pola hidup manusia hingga para manusia benar-benar tersesat dan bisa di ajak untuk menemani syaithan tinggal di dalam neraka,na'udzubillah (hayoo...siapa yang mau seperti itu?). Bagaimana jika memakai dua-duanya yaitu iman dan nafsu?
Saya juga bingung sih dengan yang 1 ini tapi akan saya coba utarakan pendapat saya. Iman kan membawa pada kebaikan dan nafsu membawa pada keburukan jika di padukan akan menjadi hal yang membingungkan,di lain sisi ada benarnya tapi di sisi lainnya ada salahnya juga,(kaya manusia setengah jadi saja ya alias bukan pria bukan juga wanita yaudah namanya jadi laki-laki bimbang deh,hehehe), pasti ada yang bertanya contoh tentang hal ini. Baik saya akan beri contohnya,berikut contohnya : di indonesia ini banyak sekali pro kontra dalam masalah agama seperti haramnya rokok,bid'ahnya maulid nabi,dll. Nah....Dalam permasalahan seperti itu sering berperan iman dan nafsu dalam pola pikir ( sudah ngerti kah?kalau sudah gak usah di bahas ya,hehehe tapi tapi bercanda koq,pasti tetap akan saya bahas ^.<), kalau pakai nafsu saja gak mungkin memakai dalil-dalil dalam Al Quran dan Assunah kan?Maka dari itu saya libatkan iman. Banyak yang menjelaskan tentang suatu hukum dan kesesatan sebuah agama dengan memakai dalil-dalil dalam Al Quran dan Assunah tapi banyak yang menyelipkan nafsu dalam perkataan atau penjelasannya dan akhirnya yang ada hanya perdebatan tiada akhir karena 1 sama lain tidak ada yang mau mengalah dan tanpa sadar akhirnya yang di debatkan bukanlah kebenaran untuk umat banyak melainkan hanya diri yang tak mau di salahkan. Mungkin di antara 2 pendapat memang salah satunya ada yang benar tapi siapa yang tahu kecuali Dia yang Maha Mengetahui jadi tak usah di perpanjang bila memang tak ketemu titik tengahnya dan serahkan saja pada yang Maha Mengetahui yaitu Allah Azza Wa Jalla



2. Sesuai syari'at kah kita hidup? (eh...ternyata dalam pertanyaan yang ke 1 belum sempat di bahas jadi di bahas di sini saja deh)

Bila saya di tanya,"Sudah syar'i kah kamu hidup?" , saya hanya mampu menjawab," belum dan sangat belum."
Bagaimana dengan para pembaca?sudah syar'i belum?(pasti sama ya dengan saya)

Susah memang malah sangat susah apalagi di waktu usia remaja atau belum menikah menjalani hidup secara syar'i hanyalah khayalan belaka tapi yang menikah tidak karena Allah juga pasti sangatlah jauh dari kehidupan syar'i bahkan mungkin tak ada sama sekali suasana islamnya
jadi,bagaimana menjalani kehidupan secara syar'i?. Contohlah saja tata cara hidup para aulia atau orang-orang yang mencintai dan dekat dengan Allah seperti kyai,ustadz,dll. Eh...eh... tapi di zaman sekarang sulit juga sih membedakan kehidupan yang benar dan salah di kalangan para kyai,ustadz,dll. Bukan su'udzon tapi hal itu sudah terbukti dengan perbuatan para petinggi agama atau yang mengaku mengerti agama tapi kehidupannya sama saja dengan manusia pada umumnya,banyak yang arogan,anak-anaknya di biarkan bebas pacaran,tidak menutup aurat,dll (pasti pada bertanya,"terus kita harus contoh kehidupan siapa?"). Bukan mencontoh tapi hiduplah sesuai dengan apa yang Allah telah tetapkan,jalankan perintahNya dan jauhi laranganNya. Memang sangat sulit menjalaninya karena ada syaithan yang terus menggoda hati tapi sulit bukan berarti tak bisa kan? jadi,yuk...kita sama-sama jalanin hidup ini dengan syar'i biar kita semua tidak terasa berat dalam menjalaninya.

3. Apakah benar yang kita hadapi adalah hal yang terberat?

Banyak sekali yang mengeluh tentang hal ini dan mungkin saya juga termasuk
contoh : "koq masalah saya terasa sangat berat ya? susah saya menghadapinya "
Apakah benar sangat berat?(berapa kilo?hehehe)
Sudah seberapa besar upaya yang di lakukan?(gunung kali ya besar,hehehe)

contohnya kisah Nabi Ayub A.S ,beliau terserang penyakit yang begitu parah namun beliau tak pernah mengeluh

percakapan Nabi Ayub A.S dengan istrinya Siti Rahma
Siti Rahma : kenapa engkau wahai suamiku tak meminta kesembuhan kepada Allah?Yang pasti do'amu akan di kabulkan karena engkau adalah Nabi
Nabi Ayub : wahai istriku,saya malu kepada Allah jika saya minta kesembuhan kepada Allah atas penyakit yang baru beberapa tahun ini sedang saya sudah di beri sehat berpuluh - puluh tahun

subhanallah,perkataan para Nabi memang sangat indah dan mulia.
Sangat beda dengan kita ya padahal sama-sama manusia,kita mah baru sakit beberapa menit saja sudah mengeluh yang gak karuan.

dalam menghadapi suatu masalah kita sebagai manusia memang sangat sering mengeluh dan banyak pula yang putus asa. Hal itu terjadi lantaran kita tak menyertakan Allah dalam hidup kita? Allah di hubungin kalau lagi susah saja,kemana kita waktu sedang jaya dan punya kesenangan tiada tara? ingatkah kepada Allah?

Ketika senang kita lupa kepada Allah yang telah memberikan kesenangan itu,seolah-olah hidup kita yang punya,astagfirullahal'adzim

yang paling gawat bila mikir begini "Allah sudah gak sayang lagi kali ya sama saya" astagfirullah
segitunya kah kita kepada Allah?
Sadarkah bahwa hidup ini sudah menjadi bukti kasih sayang Allah kepada kita? Malaikat saja iri kepada manusia ketika manusia di jadikan khalifah di bumi oleh Allah

nafas,rezeki,dan semua yang ada di bumi pun bukti kasih sayang Allah kepada kita,apalagi jika Allah anugerahkan wajah yang rupawan,harta yang berlimpah,dan ilmu yang bermanfaat
apa itu semua masih kurang?
kurang malah sangat kurang tapi itu bagi manusia yang tak mau berpikir.

4. Banyakkan mana waktu untuk Allah atau untuk dunia?

Jika di beri pertanyaan itu pasti banyak manusia menjawab termasuk aku dengan jawaban "untuk dunia"
tak tahu terima kasihnya kita kepada Allah yang sudah memberi kepercayaan kepada kita untuk menempati bumi,kemana rasa syukur kita?
Jika waktu yang di berikanNya di habiskan hanya untuk dunia yang sementara ini

detik demi detik,menit demi menit,jam demi jam,hari demi hari,minggu demi minggu,dan bulan demi bulan bahkan tahun demi tahun,selama itu kita lebih banyak gunakan untuk dunia

bukankah antara dunia dan akhirat harus seimbang?
1 hari itu 24 jam berarti harus 12 jam dunia 12 jam akhirat tapi bukan bilangan seperti itu yang seimbang menurut Allah karena di dalam waktu itu pasti ada kalanya kita istirahat.

Seimbang menurut Allah yaitu mampu menyeimbangkan antara dosa dan pahala,antara perbuatan baik dan buruk,dll. kenyataan yang ada kita lebih sibuk untuk mengumpulkan uang daripada pahala,kita lebih senang investasi pada manusia daripada investasi pada Allah,dsb.

Segitu sibukkah kita hingga tak bisa berbicara pribadi di waktu-waktu tertentu oleh Dia yang Memberi Waktu?

Waktu dhuha yang mempunyai jaminan surga saja tak mau melaksanakan dengan alasan sibuk dengan urusan dunia,Waktu tahajud yang dimana Allah turun hingga ke langit dunia manusia enggan bangun yang berarti sama saja tak mau bertemu dan berbicara dengan Allah dengan alasan ngantuk,capek,dll


5 waktu yang telah di tetapkan wajib saja masih di lalaikan bahkan di tinggalkan
lamakah dan beratkah menjalankan yang 5 waktu itu?
Dalam 1 shalat itu cuma membutuhkan minimal 5 menit bahkan ada yang cepat banget hingga selesai shalat dalam waktu 2 - 3 menit,jika waktu yang di gunakan 5 menit di kalikan 5 waktu jadi waktu yang di gunakan ibadah hanya 25 menit
Apa artinya waktu 25 menit dari waktu 24 jam?
Tidak bisakah kita menyisihkan waktu untuk ibadah sunah seperti waktu dhuha dan tahajud?

apa sebenarnya mau manusia?
Mau surga tanpa ibadah?
Mau surga tanpa menjalankan perintahNya?
Kalau begitu ingin manusia buat saja dunia dan kehidupan sendiri yang tanpa aturan dan bebas mau berbuat apa saja.

5. Banyakkan mana perbuatan dosa atau pahala?

Wah...Wah...Tak usah di tanya lagi ini mah,pasti banyakkan dosanya,di lihat dari pemakaian waktu saja sudah terlihat betapa sedikit waktu yang di gunakan untuk ibadah dan ibadah itu kan tempat untuk mengumpulka ibadah

kerja kan ibadah?
senyum juga ibadah?

Kerja memang ibadah tapi jika di niatkan karena Allah,sudahkah niatnya karena Allah?
Saya rasa belum,banyak yang kerja dan menuntut ilmu semata-mata hanya tuntutan dunia yang mengharuskan kita melakukan dunia dan apalagi jika niatnya hanya uang,ah...itu mah sudah pasti bukan ibadah.

Untuk senyum sama halnya dengan kerja harus di niatkan karena Allah yaitu membahagiakan orang yang kita jumpai tapi bukan untuk tebar pesona kepada lawan jenis kalau niatnya begitu mah tak ada nilai ibadahnya sama sekali malah yang ada hanyalah dosa karena sudah melihat lawan jenis dengan penuh gelora asmara atau lebih tepatnya sih kayanya pakai nafsu deh,hehehe

6. Lebih sering ingat Allah apa hal duniawi?

Xixixi...Ketawa dulu ah aku,pasti sudah pada tahu jawabannya
ya,benar jawabannya adalah dunia

kita lebih sering mengingat dunia,orang tua mengingat anak wajar,suami/istri mengingat istri/suami juga wajar yang gak wajar itu mengingat seseorang yang bukan muhrim apalagi kalau sudah sampai bicara,"kau di hatiku nomor 1" aih....sungguh kata yang tak beriman,Allah kau kemanain kalau si dia sudah jadi nomor 1?

Yang wajar saja gak boleh mengalahkan Allah apalagi yang tidak wajar,aduh....manusia ini aya-aya wae

yang aneh dari manusia,sudah banyak dosa,sibuk dengan dunia,jarang ingat Allah eh kalau berdo'a malah minta do'anya cepat-cepat di kabulkan
Nabi Ibrahim saja waktu minta anak harus menunggu 15 tahun, Lah...Kita tak punya gelar apa-apa mau minta do'anya cepat-cepat di kabulin
eh ada yang teriak,"gua punya gelar kali,gelar gua SE,SH,Mpd,Ma,dll". Kalau ada yang bilang begitu aku hanya bisa tertawa dalam hati saja,hehehe

sabar saja dalam menanti do'anya di jabah,kaya yakin saja do'anya itu terbaik untuk diri sendiri,kan Allah yang Maha Mengetahui jadi yaudah lah kita serahkan saja kepada Allah,kita terus husnudzan kepada Allah meski yang menimpa kita adalah hal tidak kita sukai

sudah dulu ya
semoga bermanfaat,maaf bila ada kata yang tak berkenan di hati
Wassalaamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Writen by Syamsul Rohmadian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar